Sidat Bernilai Ekonomis Tinggi – Salah satu jenis ikan sidat yang ramai di pasar lokal maupun mancanegara adalah Anguilla Japonica.
Spesies yang satu ini merupakan endemik dari spesies endemik dari Jepang.
Seperti yang kita ketahui, Jepang merupakan negara dengan konsumsi ikan sidat yang cukup tinggi diantara negara lainnya di dunia.
Masyarakat Jepang percaya bahwa mengkonsumsi ikan sidat dapat memperpanjang umur serta baik untuk tubuh.
Karena itulah sidat bernilai ekonomis tinggi di Jepang.
Lalu apa sih yang membuat ikan ini istimewa? yuk simak!
Ikan Sidat Bernilai Ekonomis Tinggi yang Mendunia, Anguilla Japonica
1. Penyebaran Anguilla Japonica

Secara umum Anguilla Japonica tersebar tidak hanya di Jepang, melainkan tersebar di China, Hong Kong, Taiwan dan Korea Selatan.
Tim peneliti dari Universitas Tokyo pada tahun 2006 berhasil menemukan tempat bertelurnya sidat Jepang.
Berdasarkan spesimen pra-leptocephali yang baru menetas, usia 2 hingga 5 hari dan teridentifikasi secara genetik, lokasi bertelur sidat jepang diketahui berada di gunung dasar laut Suruga di sebelah barat Kepulauan Mariana (14–17° N, 142–143° E).
Di lokasi yang sama, sidat jepang dewasa juga berhasil ditangkap pada tahun 2008 oleh ilmuwan dari Dinas Riset Perikanan Jepang.
Sidat dewasa bermigrasi ribuan kilometer dari sungai-sungai di Asia Timur ke lokasi tempat bertelur dalam keadaan kelaparan.
Leptocephali menetas di laut terbuka dan terbawa oleh Arus Kuroshio ke utara ke habitat air tawar mereka di Asia Timur, tempat mereka mengkonsumsi plankton.
Setelah besar, sidat Jepang memasuki sungai-sungai dan melakukan perjalanan ke hulu tempat ikan ini menjadi dewasa.
Ikan Sidat jepang diketahui sering keluar dari air pada waktu malam dan melata di darat. Pakan terutama udang, serangga, dan ikan kecil.
Sidat Jepang memasuki sungai dalam kelompok kecil dari Februari hingga Mei, dan akan naik ke hulu sungai dan danau gunung.
Setelah beberapa tahun di air tawar dan dengan kematangan seksual, sidat bermigrasi ke hilir dengan bermigrasi ke laut dari Agustus hingga Oktober.
Namun, ada beberapa sidat Jepang yang tidak pernah masuk air tawar (sea eels).
Terdapat tiga kategori sidat yang ditemukan, masing-masing memiliki sejarah migrasi yang berbeda yakni sidat sungai, sidat muara, dan sidat laut.
Anguilla Japonica memiliki pola migrasi yang fleksibel, dengan kemampuan beradaptasi dengan berbagai habitat dan salinitas.
2. Morfologi Anguilla Japonica

Spesies yang satu ini memiliki tubuh memanjang, silindris di anteriornya, terkompresi di posterior, berdaging dan halus.
Mulut dari Anguilla Japonica dapat dikatakan melebar hingga bagian bawah mata.
Jarak antara pangkal sirip punggung dan lubang angin bervariasi dari 9,0 hingga 13,5% dari total panjang tubuh.
Panjang kepala 11,2 hingga 11,9% dari panjang tubuh. Selain itu, sirip punggung dan sirip dubur menyatu dengan sirip ekor.
Untuk warna dari spesies ini ialah abu-abu polos dengan bagian perut berwarna putih.
Ukuran panjang tubuh dewasa dari Anguilla Japonica dapat mencapai 1 m hingga 1,3 m.
Selain itu kulit sidat ini cukup licin, memiliki selaput lendir, tetapi juga memiliki sisik di bawah kulit.
Sisik dari spesies ini sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Sidat jepang termasuk jenis sidat yang memiliki sisik terkecil di dunia.
Baca Juga: Anguilla Bengalensis, Sidat Bintik Asal India yang Hampir Punah
3. Ancaman Anguilla Japonica

Menurut Cites (the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) 2018, Jepang, Cina dan Filipina telah mengidentifikasi ancaman di seluruh wilayah
akibat adanya hambatan migrasi, perubahan iklim, hilangnya/ modifikasi habitat dan pemanenan atau perdagangan yang tidak berkelanjutan/ilegal.
Rata-rata, 76,8% area habitat efektif hilang di 16 sungai di Jepang, Korea, Taiwan, dan China dari tahun 1970-an hingga 2010-an.
Kementerian Lingkungan Jepang menyimpulkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi ancaman terhadap spesies ini adalah adanya hambatan dalam bermigrasi seperti adanya bendungan yang mengurangi ketersediaan habitat.
Ancaman lain yang teridentifikasi adalah hilangnya habitat sungai karena pertanian, perkotaan dan perkembangan industri.
Selain itu, tangkapan berlebih pada glass eel juga menjadi akibat penurunan jumlah Anguilla Japonica di perairan.
Baca Juga: Mengenal Anguilla Australis : Sidat Bersirip Pendek dari Pasifik
4. Budidaya dan Pasar Anguilla Japonica

Dalam proses budidaya, glass eel ditangkap di sekitar pantai China, Provinsi Taiwan China, Republik Korea dan Malaysia, dan digunakan secara nasional atau diekspor ke petani sidat di negara lain.
Awalnya silver eel disimpan dalam tangki berukuran 80-100 m3 untuk tujuan karantina. Suhu air juga harus dijaga tetap stabil pada 25-29 C.
Ketika sidat mencapai sekitar ukuran 5 gram mereka dipindahkan ke unit produksi juvenil dengan tangki yang lebih besar (300-600 m³) dengan padat tebar sekitar 0,8-1,0 kg/m2.
Secara umum pakan sidat mengandung karbohidrat tinggi (sekitar 22 persen) dan memiliki kandungan tepung ikan tinggi (65-70 persen) dan kadar protein kasar 50 persen.
Selain tepung ikan, bahan umum lainnya adalah ragi, gandum, bungkil kedelai, pati, jagung, dikalsium fosfat, lemak nabati atau hewani, dan mineral dan premix vitamin.
Kebanyakan ikan sidat diberi pakan berupa bubuk, dan diberi makan 2-3 kali sehari.
Sidat dipanen dengan bobot bervariasi dari 150 g hingga beberapa kilogram, tergantung target pasar. Pemberian pakan dihentikan minimal 1-2 hari sebelum panen.
Pemanenan dapat dilakukan dengan mengeringkan kolam, menggunakan jaring pukat atau (pada waktu pemberian pakan) menggunakan jaring gayung. Sidat kemudian disortir ke dalam berbagai ukuran menggunakan sistem grading.
Negara-negara konsumen sidat utama adalah Jepang, Republik Korea, China, negara-negara Asia Tenggara lainnya, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kanada.
Produk sidat utama adalah sidat asap, sidat segar, dan sidat beku.
Jepang adalah konsumen produk Sidat terbesar di dunia; misalnya, negara ini melaporkan bahwa 60.000 ton sidat kalengan diimpor pada tahun 2002,
sedangkan Republik Rakyat Cina melaporkan ekspor sidat kalengan hampir 67.000 ton dan Provinsi Taiwan di Cina hampir 5700 ton.