Ikan Sidat Endemik Selandia Baru – Terdapat banyak sekali spesies ikan sidat di dunia, namun diantaranya ada yang sudah berhasil diidentifikasi, dibudidaya bahkan sebagiannya lagi belum tersentuh manusia.
Nah, salah satu spesies sidat yang sudah berhasil diidentifikasi dan adalah Anguilla Dieffenbachii.
Spesies yang satu ini ditemukan pertama kali pada sekitar tahun 1842.
Lalu apa yang membuat spesies ini dikenal sebagai sidat endemik Selandia Baru? yuk simak!
Ikan Sidat Selandia Baru yang Endemik dan Unik, Anguilla Dieffenbachii
1. Penyebaran Anguilla Dieffenbachii

Anguilla Dieffenbachii spesies endemik asal Selandia Baru yang tersebar luas melalui danau dan sungai di negara itu, seperti Kepulauan Chatham.
Anguilla Dieffenbachii atau bisa disebut sidat sirip panjang sering ditemukan jauh di pedalaman (hingga 361 km) di sepanjang saluran air tawar dan di danau-danau dataran tinggi yang terhubung ke laut.
Peristiwa migrasi yang dilakukan spesies ini sering berkaitan dengan peningkatan suhu, aliran air, dan kondisi cahaya rendah.
Tempat hidup Anguilla Dieffenbachii di perairan tergantung pada tahapan hidupnya.
Sebagai remaja, mereka lebih suka air dangkal (di bawah 0,5 m) dengan substrat kasar dan lebih cepat dari aliran sungai rata-rata.
Sedangkan pada usia dewasa, spesies ini cenderung ditemukan di dekat bebatuan atau di tepi sungai.
Baca Juga: 5 Olahan Ikan Sidat Nikmat, Cocok Dikonsumsi dengan Keluarga
2. Morfologi Anguilla Dieffenbachii

Cara termudah untuk membedakan Anguilla Dieffenbachii dengan spesies lainnya ialah terlihat dari siripnya yang Panjang.
Sirip punggung (atas) memiliki panjang sekitar dua pertiga panjang tubuh dan terlihat lebih memanjang ke arah kepala dibandingkan ke arah sirip dubur (bawah).
Perlu diketahui, pada sidat sirip pendek, siripnya memiliki panjang yang sama.
Saat spesies ini menekuk, terlihat bahwa kulitnya akan kendur berkerut di setiap lekukan tubuhnya.
Hal ini tentu berbeda pada kulit sidat sirip pendek yang tampak lebih halus.
Mulut Anguilla Dieffenbachii memanjang melewati matanya, lebih jauh dari mulut sirip pendek.
Jika dilihat dari segi bentuk tubuhnya, betina tampak lebih besar dan berumur lebih panjang daripada jantan.
Anguilla Dieffenbachii jantan rata-rata memiliki panjang 66,6-73,5 cm, dengan usia rata-rata 23 tahun (12–35 tahun).
Sedangkan betina jauh lebih besar yakni berkisar antara 73-156 cm dengan panjang rata-rata 115 cm.
Anguilla Dieffenbachii betina dapat mencapai usia 20 hingga 60 tahun sebelum bermigrasi ke laut untuk berkembang biak.
Untuk mengetahui jenis kelamin sidat sirip
Panjang ini cukup sulit karena organ seksual mereka tidak dapat ditentukan sampai panjangnya lebih dari 45 cm.
Satu-satunya cara untuk menentukan jenis kelamin sidat sirip panjang adalah melalui pemeriksaan internal dan baru dapat dibedakan dengan mudah saat sidat dewasa dan bermigrasi.
Anguilla dieffenbachii adalah makhluk nokturnal dengan makanan yang terdiri dari ostracoda dan invertebrata air lainnya.
Menurut Cites (the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) 2018,
Anguilla Dieffenbachii dapat mencapai ukuran yang jauh lebih besar daripada sidat beriklim sedang lainnya dan mungkin menjadi sidat yang memiliki ukuran terbesar di dunia.
Panjang dan massa maksimum yang pernah dilaporkan adalah sebesar 2 meter dengan bobot hingga 50 kg.
3. Ancaman Anguilla Dieffenbachii

Spesies yang satu ini terbilang memiliki ancaman yang cukup serius karena terjadi hambatan untuk migrasi, kehilangan/modifikasi habitat dan polusi.
Menurut Cites (the Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) 2018 beberapa tempat untuk jalur migrasi telah dijadikan sebagai stasiun pembangkit listrik tenaga air terbesar di Selandia Baru, letaknya berada di wilayah selatan pulau.
Suhu yang lebih hangat yang terkait dengan perubahan iklim mungkin memiliki efek merugikan pada silver eel.
Migrasi silver eel Anguilla Dieffenbachii ke hulu memiliki suhu optimal pada 16,5 ° C tetapi hampir sepenuhnya terhambat pada suhu di luar kisaran 12 dan 20 °C.
Sehingga pengaruh iklim lokal dan juga adanya polusi tentu berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan sidat sirip panjang ini.
Selain itu, penangkapan secara berlebihan dan tidak melihat ukuran dari sidat sirip panjang ini juga menjadi salah satu ancaman yang nyata.
Bahkan beberapa nelayan lokal di Selandia Baru ada yang mengambil silver ell yang hal itu tentu dilarang oleh pemerintah setempat.
Larangan tersebut bertujuan agar kelestarian Anguilla Dieffenbachii dapat terjaga.
Penangkapannya yang mudah juga menjadi alasan mengapa spesies ini populasinya cukup mengkhawatirkan.
Baca Juga: 5 Fakta Unik Ikan Sidat Yang Wajib Kamu Ketahui
4. Penangkapan dan Budidaya

Penangkapan sidat sirip panjang ini dimulai pada sekitar tahun 1960. 10 tahun berikutnya tepatnya pada tahun 1970 Selandia Baru berhasil mendapatkan tangkapan sebesar 2.000 ton.
Terjadi penurunan hasil tangkapan pada awal 1980-an, dan pada musim penangkapan 2000-2001 hanya berhasil mendapatkan 1079 ton.
Penangkapan ikan sidat sirip panjang komersial dimasukkan dalam Sistem Manajemen Kuota (QMS) pada tahun 2000 untuk Pulau Selatan dan 2004 untuk Pulau Utara.
Hal itu berujung dengan menetapkan batas ukuran minimum dan maksimum (220 gram dan 4 kg) dan Total Allowable Catch (TAC).
Setelah banyak pertimbangan dan juga kejadian di lapangan pemerintah Selandia Baru memutuskan penangkapan dan ekspor silver eel dilarang.
Usaha budidaya sidat sirip panjang telah dilakukan beberapa kali.
Pertama terjadi pada tahun 1970-an, dan tidak beroperasi lama, sehingga terjadi penutupan tambak pada tahun 1982.
Alasan yang paling umum dalam kegagalan budidaya spesies ini adalah ekonomi.
Diantaranya biaya produksi yang tinggi tidak sebanding dengan harga sidat yang rendah, tangkapan bibit sidat, dan tingkat kematian (kematian) yang tinggi di tambak.
Sejak awal 2000-an, ada minat baru dalam budidaya ikan sidat ini karena meningkatnya pengetahuan tentang biologi dan berkurangnya stok belut Eropa (Anguilla anguilla).
Sayangnya hingga saat ini tidak ada tambak yang dibangun untuk budidaya sidat sirip panjang.
5. Konservasi Anguilla Dieffenbachii

Belut sirip panjang Selandia Baru diklasifikasikan oleh Departemen Konservasi pemerintah setempat sebagai “beresiko menurun”.
Pemerintah juga memprediksi terjadi penurunan jumlah sidat sirip panjang sebesar 10 – 70%.
Para ilmuwan dan kelompok konservasi semakin mengkhawatirkan kelangsungan hidup spesies ini, karena mereka dapat ditangkap secara legal dan memiliki tingkat reproduksi yang lambat, hanya berkembang biak sekali di akhir masa hidup mereka.
Pada tahun 2003 seorang ilmuwan memperkirakan jumlah mereka turun antara 5 dan 30% pada dekade berikutnya.
Lalu pada bulan Juni 2012 dilaporkan bahwa beberapa perusahaan makanan hewan menggunakan belut yang terancam punah secara nasional dalam produk mereka.
Hal itu tentu memicu kemarahan para pelaku konservasi.
Itulah informasi mengenai sidat endemik Selandia Baru yang cukup unik baik dari segi morfologi maupun trend pasar.
Kalian bisa mendapatkan informasi mengenai ikan sidat lainnya hanya di Sidat Labas ya,
Baca Juga : Ikan Sidat Lokal, Anguilla Bicolor