FAKTOR-FAKTOR DARI LOKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN SIDAT MEMPENGARUHI KELANGSUNGAN HIDUP IKAN SIDAT??!

  1. FAKTOR TEKNIS

Pada prinsipnya semua tempat dapat digunakan sebagai lokasi budidaya sidat, hanya saja pada lokasi-lokasi tertentu membutuhkan sentuhan teknologi lebih banyak dibandingkan tempat lain. Penerapan teknologi juga tentunya berhubungan dengan biaya investasi dan operasional yang akan dikeluarkan. Oleh karenanya, penerapan teknologi yang tepat harus dikedepankan sejalan dengan prinsip budidaya sidat yang baik sehingga proses budidaya sidat dapat berjalan optimal. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi berkaitan dengan factor teknis

  • Ketinggian Lahan

Budidaya sidat bisa dilakukan di mana saja, baik didataran rendah maupun didataran tinggi, asal media pemeliharaannya sudah sesuai dengan kebutuhan sidat. Budidaya sidat akan tumbuh optimal di ketinggian 0-1.100 m dpl dengan curah hujan sedang, dan suhu sekitar 23-38° C.

  • Terbuka dan Cukup Sinar Matahari

Sumber : https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/26/200500323/kenapa-matahari-berwarna-kuning-dan-langit-berwarna-biru-saat-siang-hari-?page=all

Sinar matahari juga membantu menaikkan suhu air, proses metabolisme sidat sehingga lebih sehat dan cepat besar.

  • Kebutuhan Lahan

Lokasi budidaya sidat bisa di perkarangan, kebun, tambak, atau danau. Budidaya sidat juga bisa memanfaatkan bangunan yang tidak terpakai, seperti gudang, garasi, atau ruangan kosong. Luasnya bisa disesuaikan dengan lahan yang ada dan skala produksi yang diinginkan. Bila tidak ada lahan luas, lahan sempit pun bisa. Intinya, semakin luas lahan, kolam yang dibuat bisa lebih besar dan lebih banyak.

  • Ketersediaan Sumber Air

Sumber : https://dropshiper.co.id/cara-menjaga-kualitas-air-dalam-budidaya-ikan/

Air merupakan bagian paling penting dari budidaya sidat. Ketersediaannya harus selalu ada, tidak mengenal musim, sehingga tidak mengganggu proses budidaya. Air yang digunakan sebagai media pembesaran ikan merupakan air yang berasal dari mata air alam, sungai, danau, dan sumur, prinsipnya kebutuhan air selalu tercukupi. Oeh karena itu, lokasi budidaya harus dekat dengan sumber air, serta tidak tercemar limbah rumah tangga ataupun industri.

Ketersediaan air merupakan faktor penentu penerapan teknologi dalam budidaya. Lokasi yang memiliki ketersediaan air yang melimpah tentunya teknologi yang digunakan biayanya akan lebih rendah dibandingkan dengan tempat yang kurang ketersediaan airnya. Sumber air disalurkan menuju ke bak pembesaran, melalui filter secara bertahap, mulai dari filter fisik, filter kimia, sampai filter biologi. Dengan cara ini, kegiatan budidaya lebih efisien dalam penggunaan air karena tidak menggunakan sumur bor maupun air PAM, melainkan menggunakan sumber air yang sudah ada di alam sekitar. Baiknya dilakukan pengecekan kuantitas air ketika musim hujan dan kemarau, juga memasukkan sampel air ke laboratorium dengan standarisasi air minum.

  • Ketersediaan Benih

Saat ini, benih sidat didapatkan dari alam. Oleh karena itu, lokasi pembesaran sebaiknya dekat dengan sumber benih.

  • Mudah Mendapatkan Saprokan

Lokasi budidaya harus mempertimbangkan kemudahan dalam memperoleh saprokan-sarana produksi perikanan, seperti pakan, bahan desinfektan, dan peralatan budidaya lain. Lokasi hendaknya tidak terlalu jauh dari pusat kota, agar saprokan mudah didapatkan dan harganya tidak terlalu mahal. Tidak tersedianya saprokan dapat mengganggu kelancaran proses budidaya. Selain itu, di lokasi tersebut sebaiknya tersedia berbagai sumber alam yang memungkinkan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Lokasi yang tidak jauh dari jalan serta dekat dengan kota akan memudahkan untuk memasarkan ikan sidat.

  1. 2. FAKTOR NON-TEKNIS

Faktor non-teknis yang berperan dalam keberhasilan usaha budidaya sidat sebagai berikut.

  • Aspek Sosial dan Keamanan

Aspek yang tidak kalah penting adalah aspek sosial dan legalitas. Aspek sosial yang dimaksud adalah kondisi masyarakat di sekitar lokasi, budaya serta kebiasaan mereka juga jadi aspek penilaian yang dianalisis. Sebagai contoh, di suatu daerah masyarakatnya sebagian besar pengangguran, tingkat kriminalitas cukup tinggi (rawan konflik, pencurian, dan lain-lain) maka daerah tersebut tidak representatif untuk dijadikan lokasi karena risiko tindakan kriminal tinggi.

Lokasi yang tidak memiliki potensi bermasalah dengan masyarakatlah yang layak menjadi pilihan. Bahkan, keberadaan kegiatan bisnis perikanan dapat memajukan masyarakat sekitar dengan adanya karyawan yang bekerja serta mitra yang bergabung dalam bisnis tersebut.

  • Legislitas

Ada pula aspek legalitas, ini berkaitan dengan peruntukan lahan tersebut, tentunya sesuai dengan rencana tata kota di wilayah setempat. Contoh kasusnya seperti ini, sebut saja nama daerahnya A yang rencana tatakotanya akan dijadikan wilayah industri. Dengan melihat rencana peruntukannya maka tempat tersebut tidak layak.

Tips dan trik yang dapat dilakukan untuk memilih lokasi adalah lihat lokasi tersebut apakah masyarakat di sana banyak dilakukan kegiatan budidaya perikanan atau tidak. Bila ya, maka dapat kita katakan lokasi tersebut adalah kawasan perikanan, sehingga sangat representatif untuk kegiatan agribisnis perikanan (aquaculture business)

  • Jalan dan Transportasi

Kemudahan akses adalah faktor penentu berikutnya dalam pemilihan lokasi budidaya. Akses jalan yang baik, kemudahan transportasi akan menunjang kegiatan budidaya. Lokasi yang sulit dijangkau terkait dengan belum adanya akses jalan atau jalan rusak, akan menyulitkan penyediaan kebutuhan-kebutuhan budidaya. Akses jalan yang buruk menyulitkan ketika harus melakukan transportasi pengadaan benih, pakan, dan lain-lain. Apabila hal itu terjadi kegiatan budidaya akan terganggu sehingga keberhasilan produksi, efisiensi biaya juga tidak akan tercapai. Kemudahan akses juga menjadi keunggulan dominan. Misalnya budidaya dilakukan di daerah Bogor yang dekat dengan Jakarta sebagai pusat kota. Akses pasar dan jalannya bisa dijangkau sehingga memudahkan dalam pemasaran dan transportasi.

Lokasi budidaya sebaiknya dekat dengan tempat pemasaran. Sidat umumnya dipasarkan ke restoran, supermarket, hotel, dan swalayan. Jarak lokasi budidaya dengan tempat pemasaran akan mempengaruhi harga jual yang diproduksi dan kemampuannya bersaing di pasaran.

Lokasi budidaya juga harus dilengkapi dengan jaringan listrik karena menjadi kebutuhan sangat vital, terutama dalam segmen pembesaran glass eel sampai elver. Hal ini karena semua alat yang digunakan untuk mendukung kelangsungan hidup ikan, terutama di tahap glass eel secara intensif harus memperoleh pasokan listrik. Sumber listrik antara lain digunakan untuk menggerakkan blower, aerator, pompa air, dan alat pendukung lainnya. Sumber listrik juga penting sebagai alat penerangan. Selain itu, alat komunikasi juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan komunikasi dengan konsumen.

  • Aspek teknis dan tenaga kerja

Setiap usaha tidak dapat terwujud secara maksimal jika bukan dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya. Kenapa? Ketika ada masalah selama proses budidaya dan tidak ada orang yang bisa menanganinya secara profesional, usaha yang dilakukan akan terbengkalai. Tanpa dukungan kemampuan teknis yang memadai, budidaya sidat tidak akan berhasil. Oleh karena itu, pembudidaya harus menguasai tekniknya dari berbagai aspek, mulai dari aspek biologis, teknis budidaya, penanggulangan hama dan penyakit, penyediaan pakan, panen, pascapanen, dan pemasaran.

Tenaga ahli dan tenaga kerja yang bekerja di farm sebaiknya jeli melihat dan memanfaatkan peluang pasar yang ada. Tenaga ahli yang dimaksud bisa pembudidaya itu sendiri yang telah banyak membaca atau mengikuti berbagai pelatihan sidat. Bisa juga orang lain yang memang sudah biasa berkecimpung di dunia sidat. Sebagai gambaran, untuk membudidayakan sidat di lahan 1.000 m², dibutuhkan ± 3-5 orang tenaga kerja.

  • Dukungan masyarakat

Dalam menjalankan budidaya sidat, dukungan masyarakat sangat dibutuhkan, dalam hal ini adalah penduduk dan para pemakai air di sekitar kolam. Lingkungan hidup dan kelestarian alam juga harus terjaga. Artinya, lahan yang digunakan untuk kolam tidak merusak lingkungan yang sudah ada, sehingga tidak menimbulkan masalah di lingkungan sekitar. Apabila kegiatan budidaya berdampak buruk, perlu ada upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi atau melakukan pencegahan sedini mungkin.

Kepentingan masyarakat di sekitar lokasi harus diperhatikan dalam kegiatan budidaya. Misalnya dengan memberdayakan warga sekitar untuk menjadi tenaga kerjanya. Dengan demikian, usaha ini memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar dengan memberikan lapangan pekerjaan sehingga kesejahteraan mereka terbantu. Usaha budidaya bisa dijadikan percontohan bagi masyarakat sekitar, sehingga ke depannya bisa terjalin kemungkinan kerja sama kemitraan dengan penduduk sekitar.

  • Kolam dan spesifikasi

Bentuk, konstruksi, dan kondisi dasar kolam dalam budidaya sidat menentukan kesehatan dan kecepatan pertumbuhan. Kolam yang baik untuk budidaya sidat adalah dengan menggunakan kolam semi permanen tanpa ada lubang/kebocoran di pematangnya, sehingga sidat tidak dapat melarikan dari kolam.

Budidaya sidat juga bisa dilakukan di kolam terpal atau keramba jaring apung. Jika lokasinya di sungai, waduk, saluran irigasi, atau danau, lahannya sebaiknya tidak curam dan dekat rumah sehingga mudah dikontrol. Sungai atau saluran irigasi dipilih tidak terlalu banyak batu sehingga keramba mudah dipasang. Kelebihan keramba adalah mudah saat panen dan sortir. Kelemahannya, wadah ini tidak bisa terlalu padat penebarannya. Bisa juga ditambahkan penggunaan akuarium tangki fiber dan drum untuk pemeliharaan sidat. Saat ini juga sudah banyak yang menggunakan kolam terpal untuk melakukan pemeliharaan sidat